Kalkulator Debt to Income Ratio (DTI)

$
$
Rasio Debt-to-Income Anda
19.2%
Sangat Baik - Pemberi Pinjaman menyukai ini.
Pendapatan Bulanan$6,250.00
Utang Bulanan$1,200.00

Memahami Rasio Utang terhadap Pendapatan (DTI)

Rasio Utang terhadap Pendapatan, atau Debt-to-Income Ratio (DTI), adalah indikator penting dalam keuangan pribadi, terutama saat Anda ingin mengajukan pinjaman. DTI mengukur seberapa besar porsi pendapatan bulanan Anda yang digunakan untuk membayar utang. Semakin rendah rasio ini, semakin besar kemungkinan Anda dianggap mampu mengelola cicilan tambahan oleh pihak pemberi pinjaman.

Terdapat dua jenis utama DTI:

  • Rasio front-end: Mengukur beban biaya tempat tinggal seperti cicilan KPR, pajak properti, dan asuransi rumah.
  • Rasio back-end: Menghitung semua kewajiban utang bulanan—termasuk kartu kredit, pinjaman kendaraan, cicilan mahasiswa, tunjangan anak, dan biaya tempat tinggal.

Rumus DTI:

DTI = (Total Kewajiban Utang Bulanan / Pendapatan Kotor Bulanan) x 100

Misalnya, jika total utang Anda per bulan adalah Rp9.000.000 dan pendapatan kotor bulanan Anda Rp30.000.000, maka DTI Anda adalah 30%.

Mengapa Rasio DTI Penting Saat Mengajukan KPR

Jika Anda berencana membeli rumah, rasio utang terhadap pendapatan adalah salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh bank atau lembaga pembiayaan. Di Indonesia, umumnya bank menyarankan agar total kewajiban utang Anda tidak melebihi 35–40% dari pendapatan kotor bulanan.

Rasio DTI yang rendah menunjukkan kondisi keuangan yang sehat dan kemampuan membayar cicilan dengan lancar. Sebaliknya, DTI yang tinggi bisa menjadi sinyal bahwa pengeluaran utang Anda terlalu besar dibandingkan pendapatan.

Cara Menghitung DTI Anda

Berikut langkah mudah menghitung DTI:

Catat semua cicilan bulanan Anda: Termasuk cicilan kartu kredit (pembayaran minimum), pinjaman kendaraan, pinjaman pribadi, cicilan mahasiswa, cicilan KPR/sewa, serta tunjangan anak atau mantan pasangan.

Jumlahkan semua cicilan tersebut. Misalnya, total cicilan bulanan Anda adalah Rp10.500.000.

Hitung pendapatan kotor bulanan Anda: Ini adalah gaji sebelum dipotong pajak dan iuran lainnya. Misalnya, pendapatan Anda adalah Rp28.000.000.

Masukkan ke dalam rumus:

DTI = (10.500.000 / 28.000.000) x 100 = 37.5%

Artinya, 37.5% dari penghasilan Anda digunakan untuk membayar utang setiap bulan.

Contoh Kasus: Apakah Tono Bisa Ambil KPR?

Tono memiliki pendapatan kotor sebesar Rp25.000.000 per bulan. Kewajiban utangnya:

  • Cicilan mobil: Rp3.000.000
  • Pembayaran kartu kredit: Rp1.500.000
  • Cicilan pinjaman mahasiswa: Rp2.000.000
  • Proyeksi cicilan KPR (termasuk bunga, pajak, dan asuransi): Rp5.500.000

Total utang bulanan = Rp12.000.000

DTI = (12.000.000 / 25.000.000) x 100 = 48%

DTI Tono sebesar 48% tergolong cukup tinggi. Meskipun beberapa bank bisa menerima rasio di atas 40% jika Tono memiliki aset lain atau skor kredit yang bagus, idealnya ia perlu melunasi sebagian utangnya atau menurunkan jumlah cicilan rumah yang diajukan.

Bagaimana cara menghitung rasio utang terhadap pendapatan untuk KPR?

Jumlahkan semua kewajiban utang bulanan Anda, termasuk cicilan rumah yang ingin diajukan. Lalu, bagi dengan pendapatan kotor bulanan dan kalikan 100. Bank biasanya menyukai DTI di bawah 35%, tapi ada yang bisa menerima hingga 40%–50% tergantung situasi.

Berapa rasio utang terhadap pendapatan yang baik untuk membeli rumah?

Idealnya, DTI Anda berada di bawah 35%. Jika DTI di atas angka tersebut, bank bisa saja menolak pengajuan KPR Anda, kecuali ada jaminan tambahan atau penghasilan lain.

Bolehkah menggunakan pendapatan bersih dalam rumus DTI?

Tidak. Perhitungan DTI selalu menggunakan pendapatan kotor (sebelum pajak) agar standar yang digunakan oleh lembaga keuangan tetap konsisten untuk semua calon peminjam.

Apa pengaruh rasio DTI terhadap persetujuan KPR?

DTI sangat menentukan kelayakan Anda menerima KPR. Semakin tinggi DTI Anda, semakin kecil kemungkinan disetujui, atau jumlah pinjaman yang diberikan bisa jadi lebih kecil. Bank bisa menilai Anda lebih berisiko.

Bagaimana cara meningkatkan rasio DTI saya?

Beberapa strategi yang bisa Anda lakukan:

  • Lunasi utang yang bunganya tinggi terlebih dahulu
  • Jangan menambah utang baru sebelum mengajukan KPR
  • Cari penghasilan tambahan, seperti pekerjaan sampingan atau bisnis kecil
  • Gabungkan atau restrukturisasi utang untuk menurunkan cicilan bulanan

Apakah rasio front-end dan back-end itu sama?

Tidak. Rasio front-end hanya menghitung cicilan tempat tinggal, sedangkan back-end mencakup semua kewajiban utang Anda. Pihak pemberi pinjaman biasanya mempertimbangkan keduanya dalam proses evaluasi kredit.